PUASA SEBAGAI IBADAH RAHASIA
Ibadah puasa adalah ibadah rahasia, dalam arti tidak seorangpun dapat mengetahui kecuali Allah. Ketika orang mengaku puasa, dia benar puasa atau tidak, tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Orang mengaku puasa, lalu masuk kamar, di dalam kamar itu ia makan dan minum, ketika keluar dari kamarnya ia mengaku masih berpuasa. Tidak ada orang yang mengetahuinya kecuali Allah. Berbeda dengan ibadah yang lain, seperti shalat, haji, dan shadaqah, ibadah-ibadah itu di samping ibadah batin yakni dalam aspek niatnya, juga ibadah lahir dalam arti dapat dilihat oleh orang lain.
Oleh karena puasa adalah ibadah rahasia, maka tidak ada kemungkinan lain yang dituju kecuali hanya kepada Allah. Ketika yang dituju hanya Allah, maka yang akan menentukan balasannya juga hanya Allah. Adapun ibadah-ibadah yang lain, oleh karena di dalamnya masih terdapat potensi untuk syirik, baik di dalam tujuan maupun amal, maka pahalanya bergantung bagaimana niatnya. Di dalam HR. Muslim disebutkan:
ِكُلُّ عَمَلِ ابْنِ آَدَمَ يُضَاعَفُ . اَلْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضُعْفٍ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِىْ بِهِ
“Seluruh amal anak adam adalah dilipatgandakan , satu kebaikan dilipatgandakan dengan sepuluh kalinya sampai tujuh ratus kali kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya”.
Keutamaan Ibadah Rahasia
Ibadah rahasia itu bukan hanya ibadah puasa saja. Ibadah lain bisa dikatakan ibadah rahasia asal pelaksanaanya dirahasiakan sehingga tidak ada yang mengetahui kecuali Allah s.w.t. Ibadah tersebut, meski merupakan ibadah yang ringan, namun pahalanya bisa menjadi besar, karena ibadah itu hanya ditujukan kepada Allah yang Maha Besar. Di dalam haditsnya, Rasulullah s.a.w mengabarkan keadaan yang sangat luar biasa bagi orang yang beribadah secara rahasia:
رُوِىَ عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ قَالَ : إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يَجِئُ قَوْمٌ لَهُمْ أَجْنِحَةٌ كَأَجْنِحَةِ الطَّيْرِ. فَيَطِيْرُوْنَ بِهَا (مِنَ الْمَقْبَرَةِ) عَلَى حِيْطَانِ الْجَنَّةِ. فَيَقُوْلُوْنَ لَهُمْ خَازِنُ الْجَنَّةِ . مَنْ أَنْتَ .فَيَقُوْلُوْنَ نَحْنُ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ. فَيَقُوْلُوْنَ هَلْ رَأَيْتُمُ الْحِسَابَ.فَيَقُوْلُوْنَ لاَ.ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هَلْ رَأَيْتُمُ الصِّرَاطَ فَيَقُوْلُوْنَ لاَ . بِمَ وَجَدْتُمْ هَذِهِ الدَّرَجَةَ. يَقُوْلُوْنَ عَبَدْنَا اللهَ تَعَالى سِرًّا فِي الدَّارِ الدّنْيَا وَأدْخَلَنَا الْجَنَّةَ سِرًّا فِي الدَّارِ الآَخِرَةِ
“Diriwayatkan dari Nabi Beliau bersabda: “Ketika hari kiamat telah tiba, akan datang suatu kaum yang mempunyai sayap seperti sayap burung, mereka terbang dengan sayap itu dari kuburnya ke kebun-kebun surga. Penjaga surga bertanya kepada mereka: “Siapa kalian?, mereka menjawab, kami dari umat Muhammad s.a.w. Penjaga surga bertanya: “Apakah kalian sudah melihat hisab? , mereka menjawab: “Tidak”. Penjaga surga bertanya lagi: Apakah kalian sudah melihat shiroth?, Mereka menjawab ,”Tidak”, Dengan apa kalian mendapat derajat ini?, mereka menjawab: “Kami beribadah kepada Allah dengan rahasia di dunia, dan Allah memasukkan kami ke surga dengan rahasia pula di akherat.
AL-KISAH
Konon suatu hari, ketika seorang guru sudah memandang perlu menguji murid-murid yang pilihan, dia memanggil empat orang. Masing-masing murid diberi seekor ayam dengan sebilah pisau dan dikatakan kepada mereka: “Wahai murid-muridku coba ayam-ayam itu kalian potong di suatu tempat yang tidak dapat dilihat oleh siapapun dan jangan sampai diketahui oleh siapapun”. Berangkatlah murid-murid itu dengan merahasiakan keberangkatan mereka dan memencar. Masing-masing dengan membawa seekor ayam dan sebilah pisau yang sudah diasah tajam untuk mencari tempat yang tersembunyi supaya saat memotong ayam itu—seperti perintah gurunya—tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.
Yang satu pergi ke hutan, yang satunya lagi pergi ke gua dan yang satunya lagi pergi dan masuk ke dalam kamar yang tertutup rapat. Ketika mereka bertiga merasa sudah tidak ada orang yang melihat dan mengetahui keberadaannya, maka dipotonglah ayam-ayam itu. Sedangkan murid yang satunya, setelah berputar-putar ke sana ke mari, bahkan di tempat yang terpencil sekalipun, dia tidak mendapati tempat di mana dia dapat memotong ayamnya dengan tanpa dilihat dan diketahui oleh siapa-siapa. Oleh karena itu, ketika teman-temannya pulang dengan membawa ayam yang sudah dipotong, dia sendiri ayamnya masih dalam keadaan hidup.
Sesampainya di depan sang guru, yang satu melaporkan bahwa ia telah memotong ayamnya di dalam gua hingga tidak mungkin ada yang mengetahuinya, yang satunya melaporkan bahwa ia telah memotong ayamnya di dalam hutan yang lebat hingga tidak mungkin ada yang mengetahuinya dan satunya lagi melaporkan bahwa ia telah memotongnya di dalam kamar yang tertutup rapat, bahkan saat masukpun tidak ada seorangpun mengetahuinya, maka berarti tidak mungkin ada yang mengetahui pada saat mereka memotong ayam itu.
Ketika murid yang satu itu ditanya oleh gurunya, mengapa engkau tidak memotong ayammu?, ia menjawab: “Maaf guru, saya sudah berputar-putar, mencari tempat yang paling sepi dan terpencil sekalipun, tapi tidak saya dapati satu tempat di mana saya dapat memotong ayam saya dengan tanpa dilihat dan diketahui oleh siapapun, karena semakin sepi tempat yang aku temukan semakin aku rasakan bahwa Allah semakin melihat kepadaku. Oleh karena itu, di manapun berada, aku tidak sanggup memotong ayam ini dengan tanpa dilihat dan diketahui oleh siapapun”. Dengan jawaban itu, maka ketiga murid-murid tersebut menjadi tahu bahwa yang akan lulus dari ujian adalah murid yang terakhir itu. Karena ia merasa, di manapun berada pasti Allah akan melihat dan mengetahuinya.Sumber Klik Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar